Minggu, 04 Desember 2011

ESTETIKA

1.      Jelaskan pengertian estetika
Estetika adalah ilmu tentang keindahan, estetika berarti indah.
Ilmu dasar estetika memperdasarkan keserasian dan kontras.
Syarat indah
·         Serasi yaitu imbang antara satu dengan yang lain / saling melengkapi
·         Kontras (warna / bentuk)

2.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan katarsis dan berikan contohnya?
Katarsis adalah luapan emosi, perasaan setelah menyaksikan drama tragedi. Katarsis adalah pembebasan dari kesulitan dan ketegangan jiwa yang sedang menekan manusia. Katarsis berupa sentakan emosi, kejutan, tak terduga sebagai emosi yang memuncak lalu menurun. Biasa juga diartikan sebagai puncak dan tujuan karya seni drama dalam bentuk tragedi disamping menikmati keindahan dalam menyaksikan kesenian.
Contoh katarsis
Ketika saya melihat tayangan Bleach saat tokoh utama yang bernama Ichigo Kurosaki bertarung dengan capten ke11 Kenpachi Zaraki, keduanya menggunakan kekuatan yang maksimal sampai mencapai titik bankai yaitu kekuatan tertinggi dewa kematian dan saling beradu pedang hingga pedang Zaraki patah dan keduanya bermandikan darah karena luka pedang dan daerah sekitar hancur rata tanah, pertarungan tersebut usai dan keduanya pingsan.
Katarsis tersebut terjadi saat perasaan luapan emosi saya  yang membuat tegang melihat drama tersebut. (handout estetika oloeh Yusra Edy Nugroho,S.S.M,Hum , 2009)




3.      Deskripsikan wujud estetis sebuah karya seni  arsitektur
Estetika dalam arsitektur dirumuskan sebagai refleksi kritis tentang alam alamiah dan alam binaan yakni karya seni, budaya khususnya arsitektur. Estetika dalam arsitektur sebagai kajian nilai-nilai emosi inderawi tentang penilaian keindahan arsitektur secara objektif dan bukan atas landasan selera. Arsitektur dan segala pembahasan tentangnya seringkalij, ika tak dapat dikatakan selalu berkaitan erat dengan keindahan. Keindahan merupakan bagian tak terpisahkan dari arsitektur, terlepas dari berbagai standar tentang keindahan itu sendiri. Seperti telah kita ketahui, keindahan merupakan bagian dari kemampuan estetis (rasa) dalam diri manusia dan merupakan bagian terpenting dalam bidang kajian seni. Walaupun demikian, konsep keindahan dalam arsitektur ini bukanlah keindahan yang semata-mata berakhir pada penilaian akan bentuk yang kasat mata saja. Dalam bahasa Seyyed Hossein Nasr, terdapat pandangan-dunia (worldview) Islam yang mempengaruhi seni dan arsitektur islami secara umum. Karenanya, kelahiran citarasa artistik yang universal dalam arsitektur islami dan bentuk-bentuk seni lainnya, dengan segala ide jeniusnya, perbedaan karakteristik dan homogenitas formalnya, menyangkut perbedaan budaya, geografis dan sifat temporal, tentu bukan lahir secara kebetulan belaka (Nasr, 1993: 13-14).

4.      Lingga dan yani adalah estetika simbolicum yang cukup popular di jawa, jelaskan makna estetika karya tersebut?
Setiap organisme mempunyai pengalamannya sendiri dan karena itu memiliki dunianya sendiri. Gejala-gejala yang kita lihat dalam spesies biologis tertentu tidak dapat diterapkan kepada spesies-spesies lainnya. Dengan kata lain antara struktur biologis suatu organisme dengan lingkungan yang dihadapinya sangatlah sesuai dan tepat. Berangkat dari perspektif biologis gaya Von Uexkull inilah Ernst Cassirer meneliti pola kehidupan yang secara khas manusiawi. Menurut Cassirer, dunia manusiawi meskipun mengikuti hukum-hukum biologis sebagaimana semua kehidupan organisme lainnya. Diantara sistem reseptor dan sistem efektor yang terdapat pada semua spesies binatang, pada manusia terdapat mata rantai yang mungkin dapat kita sebut sebagai sistem simbolis. Dengan pencapaian baru ini, maka kehidupan manusia segera mengalami perubahan yang sangat fundamental sekali. Manusia benar-benar hidup dalam dimensi realitas yang baru. Pemikiran simbolis dan tingkah laku simbolis merupakan ciri khas yang betul-betul khas manusiawi dan seluruh kemajuan kebudayaan manusia mendasarkan diri pada kondisi-kondisi itu. Dari sinilah manusia menyusun realitas kebudayaannya yang secara umum merupakan hasil dari proses simbolisasi dalam hidup dan kehidupannya. Oleh karenanya apabila kita ingin mengetahui realitas terdalam dari hidup dan kehidupan manusia hendaknya kita telurusi dari kemampuan simbolisnya ini. Dari dasar pandangan ini Ernst Cassirer kemudian merumuskan definisi baru terhadap hakekat manusia yakni, Animal Symbolicum (hewan yang bersimbol). Lingga dan Yani adalah manusia yang berarti mempunyai estetika simbolicum, yaitu Animal Symbolicum. (handout estetika oleh Yusro edy nugroho.S.S.M.Hum, 2009)

5.      Jelaskan keindahan yang dapat anda tangkap dari sebuah karya sastra jawa?
Karya sastra jawa memiliki ciri struktur estetik dan ciri ekstra estetiknya, ciri struktur estetiknya meliputi alur, penokohan, (teknik) latar, pusat pengisahan, gaya bercerita, dan gaya bahasa. Ciri ekstra estetiknya meliputi “bahan-bahan” karya sastra seperti masalah, pemikiran, filsafat, pandangan hidup, gambaran kehidupan, bahkan termasuk bahasanya sendiri.
Ciri-ciri Struktur Estetiknya
  • Gaya bahasanya menggunakan perumpamaan klise, pepatah-pepatah, dan peribahasa, namun menggunakan sebagian besar didomiasi bahasa percakapan sehari-hari.
  • Alur Roman sebagaian alur lurus
  • Teknik penokohan dan perwatakanya banyak dipergunakan teknik analisis langsung (direct author analysis) dan deskripsi fisik contoh: tokoh-tokonya berwatak datar (flat character).
  • Latar cerita umumnya kehidupan daerah terutama di kerajaan (keraton).
  • Pusat pengisahannya pada umumnya menggunakan metode orang ketiga(author omniscient).
  • Banyak digresi, yaitu banyak sisipan-sisipan yang tidak langsung berhubungan dengan inti cerita seperti:
Ø  cerita Serat Riyanta juga menceritakan kehidupan R A Srini kekasih dari R M Riyanta.
Ø  Dan Suluk Syekh Wali Lanang, selain menceritrakan tokoh utamanya yaitu syekh maulana iskhaq (ayah sunan Giri/ Raden Paku) juga menceritakan tiga perampok bernama Barep Jabarut alias Jaran jenar, Panengah Nahut alias Ludira Peteng, Wuragil lahut sebagai gagak Rubeka yang selalu membuat ulah di kerajaan Blambangan serta kehidupan kecil Dewi Sekardadu (istri dari Syekh Maulana Iskhaq).
Ø  Kakawin Sumanasantaka  yang menceritakan kisah aja dan indumati, tetapi juga disisipkan kisah cinta dari jayawaspa dan kawidosa para abdi tokoh utama cerita.
  • Bersifat didaktis, sifat ini berpengaruh sekali terhadap gaya penceritaan dan struktur penceritaannya, semuanya ditunjukan kepada pembaca untuk memberi nasehat.
  • Bercorak romantis, melarikan diri dari masalah kehidupan sehari-hari yang menekan.
(sumber handout teori sastra oleh Teguh Supriyanto, 2009)

6.      Buatlah kategaori-kategori untuk mengukur keindahan didalam kegiatan pembacaan geguritan/puisi
Menurut saya setelah mendapat pelajaran estetika selama satu semester dan setelah melihat komentar geguritan di blog http://estetikajawa.blogspot.com/2009/02/7-geguritan.html#comments
Harus dipersiapkan dari awal:
1)      Dalam mencipta suatu karya sastra apapun bentuknya, termasuk bikin syair lagu. Kita harus terjun tuntas keobyek cerita yang kita angkat. Seakan kita hadir disitu, maka rasa atau intuisi kita harus hadir disitu.
2)      Setelah rasa hadir otomatis kita mampu membawa jiwa kita keapa yang kita mau.
3)      Keindahan bahasa? menggunakan gaya bunyi, gaya kata, gaya kalimat, dan majas misalnya metafora lan personifikasi. Yang dapat membedakan antara puisi dan prosa saya rasa sangat relatif. karena apa yang dimaksud pengarang satu maupun yang lain akan berbeda. Apakah dengan hiperbola ataupun bahasa sehari hari. selama kita tidak keluar dari kerangka cerita atau tema.masih sah sah saja.
4)      Suara supra segmental dan segmental, yang meliputi jeda, nada/intonasi, lafald/pengucapan, dan panjang pendeknya suara.
5)      Gagasan apa yang akan diungkapkan atau sering disebut tema lan amanat,
6)      Menggunakan alur yang lurus sehingga tidak menyimpang dari tema dan amanat
7)      Digunakan untuk siapa, serta tokohnya siapa sipenulis sendiri atau orang lain.
8)      Setting waktu dan latar cerita yang digunakan jelas
Nilai keindahan dalam geguritan ini dimunculkan oleh penulis gurit melalui gaya bahasa yang digunakan, serta amanat yang berupa petuah atau nasihat bagi para pembaca.
Geguritan ini juga memunculkan nilai estetis yang menjadikan pembaca tertarik dan memahami isi dari geguritan. Jadi dapat diambil suatu kesimpulan bahwa dalam sebuah karya sastra dalam kaitannya dengan geguritan disini pastilah terdapat suatu nilai estetis atau nilai keindahan yang merupakan unsur penting dalam baik atau tidaknya, sempurna atau tidaknya, menarik atau tidaknya suatu karya sastra(geguritan).  Karya sastra dianggap sebagai karya yang menampilkan kualitas estetis yang paling beragam sekaligus paling tinggi, karena didalamnya memiliki banyak genre dan genre tersebut bersifat dinamis sehingga setiap genre melahirkan genre yang baru.


7.      Jelaskan dengan disertai contoh konsep bhava rasa
1)      Bhava rati bermakna kenikmatan dan rasa sengara yang bermakna erotis warna bhava rasa tersebut biru tua dan dilambangkan dewa Wisnu.
Film India yang banyak menampilkan kenikmatan erotis, pada saat nyanyian dan tarian para tokoh cerita ( dalam hal ini saya menganalisis film dhoom) yang dibarengi oleh wanita dan pria yang banyak menampilkan adegan-adegan erotis yang menimbulkan kenikmatan penonton.
2)      Bhava hasa bermakna humor dan rasa hasya bermakna lucu, warna bhava rasa tersebut putih dan lambang bhava rasa tersebut dewa Pramatha.
Teman dhoom yang plinplan dan ceroboh sehingga terpeleset saat bergaya seperti dhoom, serta saat merayu cewek ia malah membuat cewek yang ditaksirnya marah akibat kata-kata yang salah diucapkannya yang menjurus kata-kata jorok.
3)      Bhava soka yang bermakna kesedihan, rasa karuna yang bermakna haru/sedih, warna seperti putihnya burung merpati. Dewa yang dilambangkan Yama.
Ketika dhoom bertemu dengan ibunya yang sudah lama tidak berjumpa semasa kecil.
4)      Bhava krodha bermakna kemarahan, rasa raudra yang bermakna marah/ngeri, warna merah dan dilambangkan dewa Rudra.
Mungsuh dhoom yang mencoba menghancurkan tempat pesta akbar, serta saat mungsuh dhoom
5)      Bhava utsaha bermakna keberanian, rasa vira bermakna antusias/heroik, warna kuningan dewa Mahendra.
Biasanya adegan-adegan action baik saat bperkelahian, perang dan konflik lainnya, misalnya pada fil dhoom
·         Dhom meloncat dari tebing.
·         Adegan Dhoom mengendarai motor (adu balap) dengan mnusuhnya
6)      Bhava bhaya bermakna ketakutan, rasa bhayanaka yang bermakna takut, warna hitam dilambangkan dewa Kala.
Ketika tokoh utama terjebak dalam kesusahan, dan mara bahaya yang hamper merengkut nyawa.
7)      Bhava jugupsa bermakna kejijikan, rasa vibhatsa yang mempunyai makna jijik/muak dilambangkan warna biru dan dilambangkan dewa Mahakala.
Saat terjadi pertumpahan darah baik tokoh antagoinis maupun tokoh protagonis
8)      Bhava vismaya bermakna keheranan, rasa adbutha bermakna takjub/heran, warna kuning dan dilambangkan dewa Brahma.
Si tokoh utama meloncat dari tempat yang tinggi.
Dari kedelapan bhava rasa tersebut mempunyai gabungan berupa bhava nirveda/samaveda bermakna ketenangan, rasa santa bermakna gembira,tenang, warna gabungan dan dilambangkan dewa Siwa. Sehinnga saat saya melihat fil india (dhoom) hati saya terasa terhibur dan seolah-olah ikut dalam alur cerita tersebut.

8.      Uraikan pemahaman anda tentang estetika dalam karya sastra jawa kuna
Estetika dalam karya sastra jawa kuna sumber keindahan adalah Tuhan. Tiga aspek dalam kaitannya dengan konsep keindahan, yaitu:
a)    aspek ontologis, keindahan sebagai citra Tuhan Yang Maha Esa,
b) aspek imanen, terungkap melalui kata-kata seperti ajaib, gharib, dan tamasya, sebagaimana tampak dalam lukisan alam,
c)   aspek psikologis atau pragmatis, yaitu efek pada pembaca, seperti: heran, berahi, lupa dan pelipur lara.
Estetika sastra berkaitan dengan bahasa sebagai sistem simbol di satu pihak, dan hakikat sastra itu sendiri, yaitu sebagai fiksi di pihak yang lain. Esetetika budaya, pertama, jelas terkandung dalam karya sastra dan karya seni yang lain sebab karya sastra dan seni pada umumnya merupakan bagian integaral kebudayaan. Kedua, seluruh aspek kebudayaan itu, baik dalam bentuk fisik maupun mental dan tingkah laku, baik konkret maupun abstrak, menampilkan ciri-ciri keindahan. Pada intinya dapat dikatakan bahwa relasi estetika, sastra dan budaya adalah aspek-aspek terpenting yang diperlukan oleh manusia dalam rangka mempertahankan keseimbangan antara dimensi jasmani dan rohani. Sejatinya, manusia tidak akan bisa hidup tanpa keindahan.
Karya sastra jawa beebebtuk kakawin, Kakawin dibedakan lagi pada penggolongan kakawin yang berupa tradisi Jawa serta tradisi non Jawa, yang dimaksud tradisi Jawa di sini menurut Zoetmulder adalah kakawin-kakawin yang dihasilkan pada periode Jawa kuno yaitu dari jaman Kediri sampai Majapahit dan disebut sebagai kakawin mayor, termasuk di dalamnya karya sastra Jawa pertengahan. Sedangkan kakawin-kakawin yang diproduksi setelah itu dan berkembang serta dikembangkan di luar Jawa khususnya Bali disebut kakawin-kakawin minor. Ada perbedaaan mencolok antara tradisi kakawin-kakawin mayor dan minor yang disampaikan Zoetmulder, secara garis besar disampaikan sebagai berikut
Kakawin mayor :
·         Banyak penggambaran tentang waktu dan musim
·         Penggambaran tentang flora dan fauna
·         Penggambaran pedesaan dan istana raja
·         Kesatuan alam semesta
Kakawin minor :
·         Penggambaran perumpamaan yang klise dan kaku
·         Adegan-adegan di medan peperangan diperpanjang
·         Penokohan dari yang kurang jelas dan pas dalam kaitannya dengan watak lawan-lawan tokoh utama.
·         Semakin berkurangnya pengetahuan tentang bahasa sansekerta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar